Monday, June 30, 2014

IRMA (Gerakan Ibu Pertiwi Memanggil, bukan lembaga bukan organisasi)

Samlekooom!!
wohooo uda lama banget ga nulis ini, gw sign in ini blog kudu harus disapu dan laba-laba sudah berkonspirasi mulai membangun dan merajut istana. nah Lo!
maklumada beberapa hal yang baru aku lalui, mulai dari ikut psikotes applying for corporate communication officer di wahana artha, anak perusahaan astra, psikotes yang cukup melelahkan, tapi ya belum rezeki mereka sehingga aku ga dipanggil hihihi, sebagai pemateri di national conference tobacco mengenai rokok dan perspektif gender (penelitian yang dilakukan oleh k ijan tentang rokok pada istri nelayan di aceh besar, penelitian ini menekankan bagaimana budaya patriarik di aceh turut mempengaruhi budaya dalam rumah tangga, khususnya dalam hal pendapatan, yang mana perempuan tidak memiliki hak untuk melarang suaminya meminta jatah rokok meskipun keuangan sudah diserahkan ke istri. padahal uang jatah rokok perhari juga tidak mampu  menutupi kebutuhan harian. di sisi lain, uang jatah rokok bisa disaving untuk keperluan lainnya seperti pendidikan, kesehatan, dan penghidupan yang lebih layak.nah yang sekarang ini aku ikut dalam sebuah gerakan yang dinamakan dengan gerakan IRMA (Ibu Pertiwi Memanggil) para wanita yang berprinsip untuk memajukan perempuan-perempuan indonesia untuk lebih mandiri dan mampu menunjukkan kualitas diri tertutama melalui media. pada awalnya perkumpulan ini adalah wadah bagi para caleg wanita yang gagal menuju kursi senayan, padahal mereka adalah orang yang sangat berkualitas dan memiliki potensi untuk pembangunan Indonesia. salah satunya adalah K Dian, sepulangnya dari luar negeri, ia berniat mengabdikan dirinya di tanah kelahirannya, Cianjur, Jawa Barat. ia mendirikan klinik gratis dan memberdayakan masyarakat di kampungnya untuk menghasilkan batik cianjur. akan tetapi ketika ia menyalonkan diri menjadi caleg, suara yang diraihnya hanya sedikit, dikalahkan dengan anak bupati yang juga ikut nyaleg. seiring perkembangan waktu, kita juga melihat, ternyata tidak hanya caleg perempuan yang memiliki potensi untuk di ajak bergabung di IRMA ini, akan tetapi beberapa perempuan lain seperti budayawan, pengusaha, hingga pendidik juga memiliki andil untuk melakukan perubahan dan perkembangan pembangunan perempuan-perempuan indonesia. contoh lain seperti clarence victoria, di usianya yang masih sangat muda 22 tahun, ia telah memiliki usaha Makeup Professional Class dan memiliki 1500 murid lebih yang mampu mengajarkan wanita-wanita untuk ber make up. dan kini ia bergabung dengan salah satu yayasan, dan sudah membangun sekolah gratis di NTT.